top of page
Dinda Adiliya

Delulu Is The Solulu, Ketika Parasosial Membuat Hilang Akal



Sedikit-Sedikit Langsung Viral


Banyak hal yang dapat terjadi di media sosial. Melalui media sosial, segala sesuatu dapat ramai dibicarakan. Di Indonesia, memviralkan banyak hal tak penting telah menjadi kebiasaan. Sebut saja korban salah tangkap yang tiba-tiba terkenal dan dipuja di mana-mana.


Belakangan, muncul acara bernama Class of Champions yang sebenarnya sangat berkualitas, menampilkan banyak anak-anak muda berprestasi dengan otak encer yang berkompetisi unjuk kemampuan berpikir. Karena kemampuan yang luar biasa, beberapa nama banyak dibicarakan. Pesona orang-orang pintar memang tak bisa diragukan. Namun bukan terinspirasi, para penggemar justru terobsesi. Banyak orang lebih tertarik mencari tahu kehidupan pribadi dan membicarakan hal lain yang tak ada hubungannya dengan kepintaran.


Parasosial Berujung Delusional


Ramainya Class of Champion tidak selalu berkaitan dengan prestasi para peserta. Pembahasan justru berbelok, bahkan didominasi oleh kehaluan penggemar yang berharap menjadi kekasih para pesertanya.


Tak sedikit pula penggemar yang mencoba mencari tahu kontak dan berusaha berkomunikasi melalui pesan pribadi para peserta hanya untuk membuktikan kedekatan keduanya. Tentu rasanya menyenangkan bisa dekat dan berinteraksi dengan orang yang mendukungmu setiap waktu. Namun, juga dapat membawa malapetaka. Bila tidak membalas pesan, kamu akan dijelek-jelekkan. Bila terus diladeni, para penggemar akan lebih berani mengorek urusan pribadi.


Media sosial yang memudahkan interaksi antara idola dan penggemar seringkali menyebabkan kaburnya batasan antara khayalan dan kenyataan. Kemudahan ini menciptakan parasosial, yakni ketika penggemar dengan sepihak merasa kenal dekat secara pribadi dengan idolanya. Parasosial bahkan terlalu aneh untuk disebut hubungan, karena idolamu bahkan belum tentu mengetahui apakah kamu hidup di dunia ini.


Hubungan Parasosial membentuk perasaan dekat yang hingga sebagian orang tak dapat membedakan mana yang boleh dilakukan ataupun yang sudah kelewatan. Bukan hal baru bagaimana yang kerap kali terjadi adalah penggemar ‘melabrak’ siapapun yang terlihat dekat dengan idola karena kecemburuan tak masuk akal.


Ketika Obsesi Melanggar Privasi


Hubungan parasosial membuka jalan menuju obsesi. Keinginan besar untuk dekat dengan idola, ditempuh dengan berbagai cara yang cenderung nekat. Para penggemar berlomba-lomba mendapatkan perhatian idola mencari tahu kehidupan pribadi hingga membuat risih.

Padahal bagaimanapun, faktanya penggemar merupakan orang asing yang tak dapat sembarangan memasuki privasi idola, sekalipun ia adalah orang paling terkenal sedunia.


Asumsi bahwa kedekatan yang terbangun otomatis berarti penggemar bisa melakukan apa saja yang diinginkan membuat mereka seringkali lupa bahwa ada pemisah antara dunia yang ditampilkan dan dunia pribadi idolanya.


Privilege Yang Menjadi Malapetaka


Kemenangan lomba, GPA yang sempurna, jadi pembicara di mana-mana, tetap memuat para peserta kalah tenar dibanding peserta lain yang dianggap lebih indah dipandang. Hanya karena seseorang kurang tampan, ia dinilai tidak meyakinkan. Perlakuan diskriminatif sering terjadi dalam hal keindahan wajah.


Dan sebaliknya, jika terlalu tampan, seberapa baik kamu melakukan pekerjaan, tetap wajahmu yang jadi omongan. Belum lagi perhatian berlebihan pasti akan selalu didapatkan.


Katanya, berparas indah membuat hidup jadi lebih mudah. Kecantikan dan ketampanan tak selamanya menjadi berkah. Kenyataannya, beauty privilege bisa membuat kita menderita. Seringkali, orang yang memiliki paras 'menarik' hanya diukur sebatas wajah saja. Mereka dinilai hanya mengandalkan wajahnya untuk bertahan hidup.


Sadar Diri Adalah Kunci


Mengidolakan public figure dan orang terkenal boleh-boleh saja. Bila dilakukan secara sehat, mengidolakan seseorang tentu mendatangkan kesenangan. Namun, yang perlu diingat adalah hubungan kita dengan idola sebatas dalam dunia fana dan tak serta merta membuat kita dapat mengatur hidup mereka dan mengacak-acak dunia pribadinya.


 

Referensi:



2 views0 comments

Comments


Submit Tulisanmu

Kirimkan tulisan Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami yang berkontribusi dalam berbagai topik menarik yang kami sajikan kepada pembaca setia kami.

bottom of page