Petani Berkurang, Subsidi Meningkat
“Petaninya sedikit, lahannya sedikit, kok subsidinya setiap tahun naik, pasti ada yang salah.”
Sensus Pertanian 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menerangkan jumlah petani di Indonesia memang terus menyusut dalam satu dekade terakhir. Sensus yang digelar pada Juni-Juli 2023 menyatakan bahwa jumlah usaha pertanian di Indonesia pada 2023 tercatat sebanyak 29,3 juta unit usaha pertanian. Jumlah ini turun sebesar 2,35 juta unit atau 7,42% dibandingkan tahun 2013 yang sebanyak 31,71 juta unit usaha pertanian.
Subsidi pupuk pada 2019 tercatat sebesar Rp 29,5 triliun. Naik menjadi Rp 34,2 triliun pada tahun 2020. Kemudian naik cukup besar pada tahun 2021 menjadi Rp 50,3 triliun. Lalu pada 2022 dan 2023 masing-masing anggaran subsidi menjadi Rp 49,6 triliun dan Rp 49,5 triliun. Selanjutnya untuk tahun 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan menambah subsidi pupuk sebesar Rp 14 triliun. Dengan demikian, anggaran untuk pupuk bersubsidi pada tahun ini bakal menjadi sekitar Rp 64 triliun.
Sumber : Badan Pusat Statistika
Deforestasi Sebanyak 12,5 Hektar. Lebih Luas Dari Korea Selatan dan 23 Kali Luas Pulau Madura
“Dalam 10 tahun terakhir terjadi deforestasi sebanyak 12,5 hektar. Lebih luas dari korsel dan 23x luas pulau Madura.”
Jika menelisik data, faktanya deforestasi yang terjadi di Tanah Air tidak sampai 12,5 juta ha. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK) dalam tujuh tahun terakhir saja (2016-2022) terakumulasi seluas 2,34 juta ha.
Sumber : Badan Pusat dan Statistika
Masyarakat Adat di Kalimantan Timur Terdapat 20.000 Tidak Bisa Memilih Karena Tidak Memiliki KTP Karena Menghuni Hutan Negara
"Masyarakat adat tidak pernah dilibatkan. Masyarakat adat di hutan Kalimantan ada 20 ribu tidak bisa memilih karena tidak punya KTP karena menghuni hutan negara."
Direktur Advokasi dan HAM Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Muhammad Arman mengatakan bahwa data 20 ribu orang masyarakat adat di Kaltim yang disebut oleh Mahfud MD, bukanlah data masyarakat adat yang tidak punya hak pilih pada Pemilu 2024. Data itu adalah jumlah masyarakat adat yang terancam tergusur oleh proyek Ibu Kota Negara (IKN). Namun, memang terdapat sekitar 2,5 juta pemilih masyarakat adat yang belum terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka mempunyai e-KTP. Namun, Arman membenarkan bahwa 20 ribu masyarakat adat tersebut terancam tergusur IKN karena lahannya belum diakui oleh negara atau tidak memiliki legalitas pengakuan hak atas masyarakat adat.
Sumber : Advokasi dan HAM Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
Bisnis Sawit 39 Hektar Tapi Dipegang Segelintir Orang. 17 Juta Petani Hanya Menguasai ½ Hektar
"Kalau lihat ketimpangan penguasaan tanah coba lihat bisnis sawit itu 39 hektar, sementara hanya segelintir orang bisnis sawit, sementar petani kita sebanyak 17 juta orang kalau dirata-rata hanya menguasai setengah hektar."
Faktanya, ada sekitar 16 juta orang yang berprofesi menjadi petani hanya menguasai kurang dari setengah hektar lahan. Nilai tersebut tak terlalu dari yang diungkapkan Mahfud sebesar 17 juta petani. Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) luas areal kelapa sawit setiap tahun memang terus mengalami kenaikan, hingga akhir 2023 diproyeksikan bisa meningkat jadi 16,83 juta hektar.
Sumber : Badan Pusat Statistika
Laju Penggundulan Hutan Indonesia Tertinggi di Dunia
"Laju penggundulan hutan di negara kita tertinggi di dunia saat ini, situasinya sama dengan tahun 2014 seperti yang kita diskusikan sejak tadi."
Mengacu pada data World Resources Institute (WRI), deforestasi tertinggi diduduki oleh Rusia, diikuti oleh Brazil, Kanada, Amerika Serikat, dan Indonesia. Artinya, Indonesia menempati peringkat kelima dalam deforestasi.
Sumber : World Resources Institute (WRI)
Sampai Sekarang Kita Masih Impor Bahan Pangan
“Pertanyaannya itu dulu Pak Prabowo nanya katanya Pak Jokowi gak mau impor beras namun faktanya per hari ini, impor kedelai 2 juta ton, susu 280 juta ton, gula pasir 4,7 juta ton, beras 2,8 juta ton, daging sapi 160 juta ton. Ini ini hasilnya seberapa dari hasil debat dulu 17 Juli itu, perkembangannya seperti apa?”
Berikut daftar bahan pangan era Jokowi yang disebut Mahfud masih impor :
Beras
Beras menjadi salah satu komoditas impor Indonesia dari berbagai negara seperti Vietnam, Thailand, Pakistan, India, Myanmar, dan lainnya. Total nilai impor mencapai US$156,33 juta dengan volume impor sebanyak 302,71 juta kg.
Kedelai
Nilai impor kedelai mencapai US$735,43 juta dengan total volume impor sekitar 1,19 miliar kg. AS, Argentina, Malaysia, Paraguay, Kanada, dan beberapa negara lain menjadi penyuplai kedelai bagi Indonesia.
Gula Pasir
Nilai impor gula pasir mencapai total sebesar US$31,11 juta dengan berat impor mencapai 52,45 juta kg dari beberapa negara seperti Thailand, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan negara lainnya.
Jagung
Jagung diimpor dengan total nilai sebesar US$544,189 juta dari beberapa negara seperti India, Argentina, Brazil, Thailand, Paraguay, dan lainnya, dengan volume mencapai 1,8 miliar kg.
Susu
Nilai impor susu sepanjang 2023 mencapai US$921,42 juta. Angka tersebut setara dengan volume impor yang mencapai 287 ribu ton. Negara yang paling banyak memasok susu ke Indonesia adalah Selandia Baru dengan nilai US$493 juta.
Daging Hewan
Nilai impor daging hewan mencapai total sebesar US$89,58 juta dengan berat impor mencapai 30,19 juta kg.
Sayur
Nilai impor sayuran mencapai US$526,8 juta atau sekitar Rp7,25 triliun dengan volume mencapai 603,8 juta kg.
Pupuk
Indonesia tercatat mengimpor pupuk senilai US$523,8 juta atau sekitar Rp7,21 triliun dari China dengan jumlah sekitar 2,3 juta ton.
Buah
Buah-buahan impor Indonesia memiliki nilai sebesar US$741,3 juta atau Rp10,2 triliun, dengan China sebagai negara utama yang menyumbangkan sekitar 397,7 juta kg.
Tepung Terigu
Tepung terigu dengan nilai sebesar US$45,29 juta telah diimpor, mencapai total berat 104,21 juta kg. Komoditas ini datang dari Sri Lanka, India, Turki, Ukraina, Jepang, dan negara lainnya.
Dalam 11 tahun terakhir, rakyat Indonesia telah menghabiskan US$84,8 miliar atau setara Rp1,272 triliun untuk hanya berbelanja enam dari sembilan barang kebutuhan pokok/sembako-beras, susu, bawang, garam, daging dan gula dari pasar internasional. Enam dari sembilan bahan pokok itu kecukupannya harus dipenuhi dari luar negeri. Yang mengejutkan adalah ketergantungan tinggi pada impor selain beras, dimana rata-rata impor daging selama 11 tahun terakhir mendominasi (35%), gula (28%), garam (14%) dan susu (13%)--ini adalah rasio jumlah impor barang terhadap total nilai impor enam barang itu.
Sumber: CNBC Indonesia
留言