Menikmati Lebaran Di Papua: Ada Yang Unik?
- Pengamat Negeri
- Mar 31
- 2 min read

Ragam Tradisi Hari Raya di Papua
Hari lebaran yang merupakan hari besar bagi umat muslim, turut melahirkan berbagai tradisi di seluruh belahan dunia, tak terkecuali Papua. Papua dengan segala keunikan di dalamnya, juga mempunyai berbagai tradisi unik nan khas yang hanya dijumpai di tanah cendrawasih. Meskipun mayoritas penduduknya beragama non-muslim tetapi kemeriahan lebaran tetap menjadi momentum kebersamaan antar umat beragama.
Lebaran di Papua nyatanya bukan hanya sekedar perayaan keagamaan, namun terjadi perpaduan unik antara tradisi Islam dan kearifan lokal. Mari menikmati sajian tradisi lebaran di Papua.
Tradisi Hadrat
Tradisi Hadrat adalah sebuah pawai lebaran yang sangat meriah. Biasanya dijumpai di Kaimana, Papua Barat dan Jayapura. Mengapa sangat meriah? Pawai ini diramaikan dengan iring-iringan musik tradisional seperti tifa, kendang, dan rebana dengan alunan shalawat yang mengiringi. Tradisi Hadrat biasanya dilakukan pada hari kedua Hari Raya Idul Fitri. Masyarakat muslim melebur menjadi satu dengan umat non-Muslim sehingga terjadi toleransi umat beragama di dalamnya sekaligus menjadi ajang silaturahmi.
Tradisi Hadrat telah menjadi simbol toleransi dan moderasi beragama di Papua. Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun dan menjadi “ritual” penting dalam perayaan Idul Fitri. Pawai Hadrat merupakan gambaran betapa istimewanya hidup berdampingan tanpa konflik dan penuh kedamaian tanpa memandang latar belakang.
Tradisi Bakar Batu Versi Halal
Bakar Batu adalah sebuah tradisi memasak tradisional khas masyarakat Papua. Bakar Batu versi halal akan menyajikan makanan yang halal sesuai syariat islam, seperti mengganti babi dengan ayam atau hewan lainnya. Proses memasaknya terbilang unik, yakni tanah yang sudah digali di isi dedaunan, lalu masakan mentah dimasukkan dan ditutup dengan dedaunan kembali, setelah itu, batu-batu yang panas diletakkan di atasnya dan dijaga panasnya dengan cara membuat perapian di atasnya sehingga menghasilkan cita rasa yang
lezat nan unik.
Biasanya makanan yang diolah dan disajikan dalam versi halal meliputi hewan ternak seperti ayam, umbi-umbian, dan sayur-sayuran. Semua bahan tersebut dimasak bersamaan dalam satu lubang yang sama. Tradisi ini merupakan akulturasi budaya yang dapat dinikmati oleh semua orang.
Tradisi PETA (Pegang Tangan)
PETA atau Pegang Tangan ialah tradisi unik yang dilakukan di daerah Biak Numfor dan beberapa daerah lainnya saat perayaan Idul Fitri dan Natal. Tradisi PETA menjadi unik karena antar umat beragama, baik muslim dan non-muslim akan saling mengunjungi satu sama lain saat perayaan hari besar salah satu agama. PETA menjadi simbol toleransi antar umat beragama di Papua tanpa mengucilkan satu sama lain.
Antara umat muslim dan non-muslim dituntut untuk dapat menghargai satu sama lainnya dengan saling berjabat tangan mengucapkan selamat hari raya, dan berkunjung ke rumah-rumah. Suasana perbedaan kepercayaan melebur menjadi sebuah persaudaraan, menarik.
Kue Lontar
Sajian kue lontar menjadi hidangan kue yang khas dan populer di Papua saat lebaran. Kue lontar biasanya akan menjadi sajian khusus yang dibuat saat lebaran Idul Fitri. Kue ini terbuat dari campuran tepung sagu dan dibuat dengan cara dikukus, sehingga teksturnya akan kenyal dan mempunyai rasa yang manis.
Kue lontar juga dibuat berdasarkan resep turun-temurun. Kue lontar menjadi sajian yang sarat makna dalam budaya Papua, kue ini melambangkan rasa syukur dan kebersamaan.
Jadi tradisi mana yang ingin kamu coba? Dan tentunya akan sangat banyak lagi keunikan yang bisa dijumpai kala lebaran di Papua. Mari melawat ke Tanah Cendrawasih untuk merasakan sensasi uniknya.
Referensi:
Berbagai Sumber
Comments