Sebuah Teori Perbedaan Keterwakilan Gender dalam Politik
Sykes (2013) menyampaikan bahwa perbedaan keterwakilan politik pria dan perempuan utamanya diakibatkan oleh kepercayaan pemilih dan politisi yang mengasosiasikan sifat tertentu pada gender tertentu.
Contohnya, dia menjelaskan bahwa asosiasi masyarakat antara pria dengan sifat-sifat maskulin, seperti ketegasan dan kepastian mendasari preferensi masyarakat untuk memilih pria dalam menduduki pucuk utama pemerintahan terutama pada sistem presidensial.
Di sisi lain, asosiasi masyarakat antara perempuan dengan sifat-sifat feminin, seperti inklusif dan pembangun konsensus mendorong popularitas politisi perempuan dalam sistem politik parlementer dengan fragmentasi partai tinggi, seperti yang dicerminkan negara-negara Skandinavia.
Situasi Keterwakilan Perempuan dalam Perpolitikan Indonesia
Di Indonesia tersendiri, Badan Pusat Statistik mencatat bahwa per tahun 2021, keterlibatan perempuan di parlemen telah mencapai angka 21,89% dan menunjukkan peningkatan dibandingkan periode pra-2019 yang hanya menorehkan angka 17,32%.
Jika dilihat pada performa per daerah, Provinsi Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara menempati posisi tertinggi. Dilansir dari katadata.co.id, keterlibatan perempuan di parlemen pada ketiga daerah tersebut telah mencapai angka 33%, 29%, dan 28% secara berurutan.
Kapan Statistik Keterwakilan Perempuan dapat Mengelabui?
Di satu sisi, statistik sebelumnya dapat menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan dalam kancah politik di Indonesia telah menunjukkan tren positif dan lingkungan politik yang terbebas diskriminasi gender telah mulai terbentuk.
Kenyataannya, Choi (2018) menunjukkan bahwa tren positif keterlibatan perempuan di parlemen di beberapa negara Asia Tenggara diakibatkan oleh fenomena dinasti politik yang senantiasa terjadi dan bahwa sebagian besar politisi perempuan di kawasan Asia Tenggara memiliki hubungan keluarga dengan politisi petahana.
Sementara itu, politisi perempuan yang tidak memiliki hubungan keluarga dengan elite politik dan petahana masih menghadapi hambatan besar dalam memiliki karier politik yang mentereng.
Mobilitas dan Peta Karier Politik Perempuan Perlu Turut Diperhatikan
Dengan begitu, evaluasi keterwakilan politik perempuan juga perlu memperhatikan alur dan mobilitas karir perempuan dalam politik.
Taflaga & Kerby (2009) mengungkapkan bahwa walaupun perempuan telah semakin banyak menduduki posisi dalam lingkup perpolitikan dan pemerintahan, peran mereka terbatas pada tugas administratif dan masih menghadapi hambatan untuk menduduki posisi pembuat kebijakan.
Selaras, Dassoneville et al (2021) menunjukkan bahwa jumlah kandidat perempuan dalam pemilu tidak selaras dengan performa mereka dalam pemilu, sehingga menekankan pentingnya perumusan kebijakan pelengkap yang dapat mengukuhkan peran perempuan dalam proses politik.
Reorientasi Solusi untuk Melengkapi Kuota
Untuk itu, kebijakan kuota perempuan dalam posisi politik juga perlu dilengkapi dengan kebijakan-kebijakan yang dapat memfasilitasi mobilitas karir perempuan dalam politik, antara lain:
Perluasan peran perempuan dalam posisi struktural partai politik.
Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dan pengenalan lingkup karir dalam bidang politik.
Perluasan akses terhadap dana kampanye bagi politisi pendatang baru dan politisi perempuan.
Referensi:
5 Provinsi dengan Keterlibatan Perempuan di Parlemen Tertinggi pada 2021 | Databoks. (n.d.). Retrieved May 11, 2023, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/04/11/5-provinsi-dengan-keterlibatan-perempuan-di-parlemen-tertinggi-pada-2021
Choi, N. (2019). Women’s political pathways in Southeast Asia. International Feminist Journal of Politics, 21(2), 224–248 https://doi.org/10.1080/14616742.2018.1523683
Dassonneville, R., Quinlan, S., & McAllister, I. (2021). Female leader popularity and the vote, 1996–2016: a global exploratory analysis. European Journal of Politics and Gender, 4(3), 341–359 https://doi.org/10.1332/251510820X16073612895666
Putri, A. M. H. (n.d.). FYI! Persentase Perempuan di Kursi Parlemen Kurang Dari 30%. CNBC Indonesia. Retrieved May 11, 2023, from https://www.cnbcindonesia.com/research/20230215123904-128-414001/fyi-persentase-perempuan-di-kursi-parlemen-kurang-dari-30
Sykes, P. (2013). Does Gender Matter? Oxford University Press https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199653881.013.045
Taflaga, M., & Kerby, M. (2020). Who Does What Work in a Ministerial Office: Politically Appointed Staff and the Descriptive Representation of Women in Australian Political Offices, 1979–2010. Political Studies, 68(2), 463–485 https://doi.org/10.1177/0032321719853459
ความคิดเห็น