top of page
Farhan

Penembakan Gamma Rizkinata: Mengapa Kekerasan oleh Aparat Selalu Terulang?



Lagi, Lagi dan Terus, Aparat atau Keparat?


Rasanya, hampir tak terhitung berapa banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat tetapi tidak ditindak secara tegas dan adil. Beberapa kejadian yang disebabkan oleh aparat hampir terjadi setiap bulannya, bahkan terasa seperti pola yang terus berulang. Narasi yang diberikan oleh pihak aparat seringkali menjadi satu-satunya versi yang disebarluaskan di media, meski kerap bertentangan dengan keterangan saksi lokal. Kondisi ini membuat masyarakat tidak memiliki ruang untuk menyuarakan kebenaran.


Aparat yang seharusnya menjadi lembaga pelindung keamanan justru berubah menjadi ancaman, melakukan hal-hal yang tidak berpihak pada keadilan dan masyarakat umum. Bukannya rasa aman, masyarakat malah dihantui ketakutan terhadap mereka yang seharusnya dipercaya.


Fatamorgana Bernama Keadilan


Kasus Gamma Rizkinata bukanlah yang pertama. Sebelumnya, pada 2019, dua mahasiswa di Kendari, Sulawesi Tenggara, tewas tertembak saat mengikuti demonstrasi damai menuntut keadilan. Sampai saat ini, kasus tersebut belum mendapatkan kejelasan, dan pelaku tidak menerima hukuman tegas. Tragedi ini menunjukkan pola yang sama yaitu kurangnya akuntabilitas dari aparat dan minimnya keadilan untuk korban.


“Main-main” Polisi Dan Keruntuhan Keadilan


Ketiadaan hukuman yang tegas serta lemahnya pengawasan eksternal membuat oknum aparat merasa bebas bertindak sewenang-wenang. Oknum tersebut bahkan tidak takut mengulangi tindakan tersebut karena yakin ada perlindungan dari pihak internal, demi menjaga nama baik lembaga atau individu tertentu.


Minimnya akses masyarakat untuk membantah narasi aparat, ditambah dengan dominasi media yang memihak, membuat publik tidak punya kekuatan untuk menuntut keadilan. Akibatnya, masyarakat hanya bisa pasrah dan menerima ketidakadilan yang terus berulang. Ketidakberdayaan ini menyayat hati, menciptakan luka yang dalam di tengah bangsa yang seharusnya menjunjung tinggi keadilan dan kemanusiaan.


Normalisasi Kesalahan, Bencana Kemanusiaan


Haris Azhar, seorang aktivis HAM, pernah berkata, "Ketika pelanggaran hukum oleh aparat tidak dihukum berat, mereka akan merasa memiliki kebebasan tanpa batas. Ini bukan hanya soal pelaku, tapi juga soal sistem yang membiarkan mereka lolos."


Pernyataan ini mencerminkan realitas pahit di tubuh aparat, yang akhirnya menormalisasi kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia.


SAMPAI KAPAN!?


Tragedi Gamma Rizkinata adalah salah satu dari banyak kasus yang menunjukkan betapa rapuhnya sistem keadilan di negeri ini. Kekerasan yang dilakukan oleh oknum aparat tidak hanya merenggut nyawa tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat terhadap hukum dan keamanan.


Jika budaya ini terus dibiarkan, kita akan menyaksikan lebih banyak nyawa tak berdosa melayang tanpa alasan yang jelas. Pertanyaannya adalah sampai kapan kita harus tunduk pada kebohongan dan ketidakadilan ini?


 

Referensi:



1 view0 comments

Comentarios


Submit Tulisanmu

Kirimkan tulisan Anda dan jadilah bagian dari komunitas kami yang berkontribusi dalam berbagai topik menarik yang kami sajikan kepada pembaca setia kami.

bottom of page