Awal Mula Bocoran Putusan Mahkamah Konstitusi
Beberapa waktu kebelakang, publik diramaikan dengan kebocoran putusan Mahkamah Konstitusi yang disampaikan oleh mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana. Berdasarkan bocoran tersebut, Mahkamah Konstitusi akan mengembalikan Sistem Pemilu 2024 dari proporsional terbuka ke mekanisme proporsional tertutup.
Apa Perbedaan Sistem Pemilu Proporsional Terbuka dan Proporsional Tertutup?
​ | Proporsional Terbuka | Proporsional Tertutup |
Siapa yang dipilih? | Pemilih memilih kandidat perorangan | Pemilih memilih partai secara keseluruhan |
Siapa yang menjabat? | Kandidat perorangan dengan perolehan suara total tertinggi | Umumnya, kandidat yang menempati peringkat tertinggi pada daftar kandidat partai |
Bagaimana peran partai politik? | Partai politik berperan sebagai gatekeeper dan fasilitator bagi kandidat peserta pemilu, namun kemenangan kandidat umumnya ditentukan sumber daya pribadi | Partai politik memiliki peranan lebih besar dalam menentukan kemenangan kandidat dengan menempatkan mereka pada peringkat lebih tinggi pada daftar partai. |
Bagaimana akuntabilitas yang terpilih? | Politisi terpilih lebih akuntabilitas langsung dan lebih kuat terhadap konstituen mereka | Akuntabilitas politisi terpilih dapat lebih ditujukan pada partai pengusung mempertimbangkan kewenangan partai dalam menentukan peringkat kandidat dalam daftar mereka. |
Apa Implikasi Pemilihan Sistem Pemilu?
Kepuasan Terhadap Demokrasi
Papp (2021) mengungkapkan bahwa mekanisme sistem pemilu yang digunakan dapat mempengaruhi kepuasan pemilih terhadap demokrasi. Berdasarkan risetnya, pemilih dalam sistem proporsional terbuka lebih puas dengan demokrasi karena mendorong politisi untuk lebih berorientasi dengan preferensi dan kepentingan konstituen.
Memitigasi Polarisasi Politik
Menurut Ruiz-Rufino (2013), sistem proporsional terbuka mendorong kandidat yang kalah dalam pemilu untuk turut mendukung kandidat terpilih. Hal ini terjadi karena kandidat terpilih berfungsi sebagai perwakilan dan agen konstituen, sehingga mendorong mereka untuk merepresentasikan kepentingan konstituen secara keseluruhan termasuk pendukung lawan mereka selama pemilu yang lalu.
Memfasilitasi Keterpilihan Tokoh Pakar dan Non Politisi Karier
Galasso dan Nannicini (2015) menekankan bahwa sistem proporsional tertutup memperluas wewenang petinggi partai politik yang memungkinkan mereka untuk menempatkan politisi karier dan petugas partai pada posisi tinggi dalam daftar kandidat partai politik, sementara tokoh non-karier ditempatkan pada posisi bawah dalam daftar kandidat partai politik.
Di Mana Proporsional Tertutup Digunakan?
Meskipun sistem proporsional tertutup memiliki beberapa keterbatasan yang diungkapkan pada penjelasan sebelumnya, beberapa negara di dunia ternyata telah mengimplementasikan sistem proporsional tertutup, antara lain Argentina, Burundi, dan Guyana. Beberapa isu yang diperkirakan terjadi akibat dari sistem proporsional tertutup adalah meluasnya perilaku politik rente, sistem pembelian suara yang terstruktur oleh partai politik, dan kurangnya transparansi dalam pemerintahan (Auyero, 2000).
Menurut Teman Pengamat, lebih baik kita tetap menggunakan sistem pemilu proporsional terbuka atau proporsional tertutup ya? Yuk, sampaikan pendapatmu di kolom komentar!
Referensi:
Auyero, J. (2000). The Logic of Clientelism in Argentina: An Ethnographic Account. Latin American Research Review, 35(3), 55–81. Retrieved from https://www.jstor.org/stable/2692042
Difford, D. (15 Nov. 2021). What’s the difference between open and closed list proportional representation. Electoral Reform Society. Retrieved from https://www.electoral-reform.org.uk/whats-the-difference-between-open-and-closed-list-proportional-representation/
Galasso, V., & Nannicini, T. (2015). So closed: Political selection in proportional systems. European Journal of Political Economy, 40, 260–273. Retrieved from https://doi.org/10.1016/j.ejpoleco.2015.04.008
Papp, Z. (2022). The Indirect Effect of Electoral Rules on Citizens’ Satisfaction with Democracy: A Comparative Study. Swiss Political Science Review, 28(1), 1–20. Retrieved from https://doi.org/10.1111/spsr.12497
Ruiz-Rufino, R. (2013). Satisfaction with Democracy in Multi-ethnic Countries: The Effect of Representative Political Institutions on Ethnic Minorities. Political Studies, 61(1), 101–118. Retrieved from https://doi.org/10.1111/j.1467-9248.2012.00955.x
Comments