Bulan Juli Menjadi Pemecah Rekor sebagai Bulan Terpanas
Panas ekstrim yang belakangan ini kita alami bukanlah sebuah hal imajinatif semata. Para ilmuwan telah mengkonfirmasi bahwa Juli 2023 telah menjadi bulan terpanas dengan suhu dunia mengalami peningkatan sebesar 1,5 derajat celcius.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), hal ini dipicu oleh pembakaran bahan bakar fosil. Lembaga Global Carbon Project (GCP) menghitung setidaknya emisi karbon dari bahan bakar fosil telah mencapai 36,6 gigaton sepanjang tahun 2022 dan telah berdampak terhadap seluruh negara yang ada di dunia.
Apakah Saat Ini Dunia Sedang Mendidih?
BMKG mencatat, suhu Indonesia di bulan Juli 2023 adalah 26,7 derajat celcius, padahal suhu normal untuk periode 1991-2020 adalah 26,1 derajat celcius.
Tak hanya Indonesia, seluruh dunia ternyata juga tengah mendidih. China melaporkan rekor suhu tertinggi mencapai 52,2 derajat celcius sementara Pulau Rhodes di Yunani mencatat suhu tertinggi mencapai angka 45 derajat celcius.
Menanggapi kondisi kritis di atas, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa era pemanasan global telah berakhir dan era pendidihan global telah tiba.
Pendidihan Global sebagai Penyebab Bencana dan Efek Dominonya di dalamnya
Gelombang panas ekstrim telah memicu kebakaran di Yunani dan menghancurkan hutan beserta rumah-rumah di Pulau Rhodes. Akibatnya, ribuan turis dievakuasi dan memakan korban tiga orang dan beberapa hewan.
Selain itu, gelombang panas ekstrem juga menimbulkan risiko kesehatan dengan meningkatkan distribusi nyamuk yang merupakan penyebar mikroba patogen dan membantu virus memiliki daya tahan yang lebih tinggi.
Perubahan Iklim dan Pendidihan Global Semakin Mengancam Ketersediaan Pangan
Perubahan iklim melalui adanya fenomena pendidihan global, tentunya menyebabkan berbagai kondisi yang ekstrem, seperti curah hujan ekstrem, angin kencang, banjir, dan kekeringan yang dapat menyebabkan gagal panen serta mengancam terjadinya kelangkaan pangan dan peningkatan harga pangan.
Menurut Dwikorita, selaku Kepala BMKG Indonesia, bencana kelaparan yang diprediksi organisasi pangan dunia akan menjadi kenyataan di tahun 2050 dan semakin diperparah dengan adanya peningkatan jumlah penduduk di dunia yang mencapai 10 miliar jiwa.
Dwikorita menjelaskan bahwa jika ketahanan pangan negara-negara di dunia lemah, maka akan terjadi bencana kelaparan akibat jumlah produksi pangan yang terus menurun sebagai dampak dari perubahan iklim yang terjadi.
Gerakan Aksi Lingkungan yang Masif sebagai Solusi Perubahan Iklim dan Pendidihan Global yang Terjadi
Sekjen PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat celcius masih mungkin ditahan, tetapi hanya bisa dilakukan dengan langkah aksi iklim yang drastis dan menargetkan langsung kepada sumber yang menyebabkan terjadi perubahan iklim.
Oleh karena itu, PBB mendesak pemerintah di dunia untuk mengambil tindakan cepat seperti pemanfaatan energi terbarukan, dan gerakan karbon netral yang dilaksanakan 10 tahun lebih awal dari rencana semula.
Sementara itu, untuk mengantisipasi krisis pangan, Kepala BMKG Indonesia Dwikorita merekomendasikan untuk menampung air hujan, menghemat air bersih, dan menghentikan kebakaran hutan dan lahan sebagai upaya mitigasi untuk menjaga rantai pasokan dalam produksi pangan di tengah ancaman krisis pangan yang semakin dekat. Kemudian, petani juga dapat memulai beberapa langkah antisipatif, seperti menyesuaikan waktu tanam, menggunakan varietas unggul tahan kekeringan, dan mengembangkan sistem pengelolaan air.
So, sudah tidak ada waktu lagi, saatnya lakukan aksi-aksi lingkunganmu untuk menyelamatkan bumi kita dari ancaman perubahan iklim dan pendidihan global yang semakin nyata ini ya, Teman Pengamat!
Referensi:
Kristo, F. (2023). Sekjen PBB: Bukan Pemanasan Global, Kini Era Bumi Mendidih. Retrieved from https://inet.detik.com/science/d-6846234/sekjen-pbb-bukan-pemanasan-global-kini-era-bumi-mendidih
Detik.com. (2023). Kebakaran Hutan di Yunani: Dugaan Penyebab dan Kondisi Terkini. Retrieved from https://news.detik.com/internasional/d-6842922/kebakaran-hutan-di-yunani-dugaan-penyebab-dan-kondisi-terkini
Ferdian, H. (2023). PBB: Bumi Masuki Era Mendidih Global karena Polusi hingga Cuaca Panas Ekstrem. Retrieved from https://kumparan.com/kumparansains/pbb-bumi-masuki-era-mendidih-global-karena-polusi-hingga-cuaca-panas-ekstrem-20tprlCvqHU/2
Budianto, Y. (2023). Bumi Bukan Lagi Memanas, tetapi Mulai Mendidih. Retrieved from https://www.kompas.id/baca/riset/2023/07/29/bumi-bukan-lagi-memanas-tetapi-mulai-mendidih
Suryandari, R. (2022). Kenapa Krisis Iklim dapat Menyebabkan Inflasi Pangan? Retrieved from https://pslh.ugm.ac.id/kenapa-krisis-iklim-dapat-menyebabkan-inflasi-pangan/
Cahyo, K. (2023). Inflasi dan Perubahan Iklim: Tantangan Serius bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Retrieved from https://www.bmkg.go.id/berita/?p=inflasi-dan-perubahan-iklim-tantangan-serius-bagi-pertumbuhan-ekonomi-indonesia&lang=ID
Universitas Esa Unggul. (2022). Pemanasan Global Picu Munculnya Wabah Baru? Ini Penjelasan Ahli Mikrobiologi Universitas Esa Unggul. Retrieved from https://www.esaunggul.ac.id/pemanasan-global-picu-munculnya-wabah-baru-ini-penjelasan-ahli-mikrobiologi-universitas-esa-unggul/
Damiana. (2023). Malapetaka Hantam RI, BMKG Ingatkan Ancaman Gagal Panen. Retrieved from https://www.cnbcindonesia.com/news/20230802163459-4-459583/malapetaka-hantam-ri-bmkg-ingatkan-ancaman-gagal-panen
Putratama, R. (2023). Bumi Semakin Panas, BMKG : Ancaman Krisis Pangan Bukan Isapan Jempol. Retrieved from https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=bumi-semakin-panas-bmkg-ancaman-krisis-pangan-bukan-isapan-jempol&tag=press-release&lang=ID
Comments